Sabtu, 07 April 2012

Mission Imposible


1.      U-One Radio
“Pagi Bro,” Ronny mencoba membangunkan Pitter, tapi chingu satu itu belum juga mau bangun. Itulah yang membuat Ronny sedih kalo tiap pagi mesti bangunin sohib satu seperjuangan in jagat kota metro nan jaya ini. Sesaat Ronny meringis menatap Pitter yang masih sembunyi di balik selimut tebalnya. Ia meregangkan tangannya sampe bunyi, lehernya di gelengkan kekiri dan kekanan. Right!!
Gubrakkkkkk….
“Aushhhhhh…” rintih Pitter sesaat sambil ngelus jidatnya yang rada jenong, Ronny meringkik kuda, tapi tiba-tiba matanya langsung mendelik tak percaya melihat Pitter yang kembali ke atas ranjangnya lagi sambil nungging.
Ronny tampak kesal, ini terjadi setiap hari sejak nenek moyangnya masih hidup ampe koit Pitter emang sulit buat di bangunin. Meski berpuluh-puluh jam weker di meja tetap aja nggak membuat Pitter terbangun sampe tu jam weker mati sendiri. Ronny kembali meregangkan tangan dan lehernya, siap-siap nendang pantat Pitter yang gede kayak badut Ancol.
Right, one~two~thr…
“Eits, tidak bisa…”Pitter terbangun dan menghindari serangan Ronny lantas ngacir ke kamar mandi.
•••
Suasana studio tampak rame dengan alunan musik Lady Gaga yang judulnya “Telephone
“Ada email tuh, banyak banget yang masuk. Padahal acara belum mulai..” Reza berseru saat Ronny dan Pitter baru sampai, Ronny lantas menghampiri komputer di depannya dan mengecek email yang masuk. Ia tampak tersenyum membacanya.
“Apa isinya?”Tanya Pitter penasaran
“Dari sekian ribu email yang masuk satu diantaranya minta acara pagi jangan Pop, R & B, or Rock dulu.  Lo pada tau nggak mereka minta apaan?”
“Campur sari pasti, ohh bukan ahhh ngerti.. Pasti tembang kenangan. Haaaaa” tebak Reza asal, Ronny tersenyum
“Mereka minta acara dangdut, tu acara khan udah ada yang punya. Apa iya kita ikutan juga dan apa iya kaum young mau dengerin dangduters!?”
“Okay, sekarang kita emergency meeting dah. Kita mesti cari program baru buat acara pagi. Nggak etis juga kalo pagi acaranya ngepop mulu” Pitter berargumen, yang lain menimpali. Lantas mereka membentuk lingkaran sementara musik tetap dibiarkan mengalun tanpa ada Dj yang mengendalikan.
Setelah beberapa menit berargumen keputusan di ambil pada program PenCut & Love Musik. Yang artinya pendengar curhat, setelah bercurhat-curhat ria maka tu pendengar boleh reques lagu kesukaannya atau lagu yang berhubungan dengan yang di curhatkan.
“Woi, kampret. Siap on-air nggak lo pada” Reza menjitak kepala Ronny ama Pitter pake scrip yang baru aja dia buat saat meeting tadi.
“Ok siap, take one.. two…”Reza member aba-aba.
“Pagi guys, hadirin hadirot, ladies and gentleman. Hemmm, kita punya program baru nueh.. “Ronny mulai menyapa pendengar setia radio U-One yang ia gawangi sejak masuk kuliah.
“Holla, amo sapo? Dimano, mao apo loe.. Ups, heeeeee” sahut Pitter pada penelphon pertama pada program baru mereka.
“Hallo jugo, heeeee”seseorang dari sana menjawab sambil meringis, Pitter ama Ronny saling pandang lantas ketawa tapi nggak bersuara.
“Apa nueh yang mo di curhatin, buagi duonk. Kita punya 1234 (seribu dua ratus tigapuluh empat) cara buat kasih saran. Yuk mariii.” Ronny nggak sabaran
“Okay, gue Iren.. Mmm, gini yah. Tiga minggu yang lalu ntu gue jalan ama cowok gue. Nggak sengaja gityu ketemu ama mantan gue beberapa bulan yang lalu dan nggak pernah lagi ada kontek-kontekan apalagi ketemu. Dalam beberapa hari kemaren kita berhubungan gitu walopun lewat hp, n sekarang kita seperti timbul benih-benih cinta yang dulunya sempat kita jalin. Hayo, gimana duonk penduapat kak Pitron? Secara iren udah ada cowok juga!?”
“Pitron? Seperti merk barang elektro aja.” Ronny heran, Pitter tersenyum geli.
“Hemmm, Iren mati kemaren yah. Heee, coir. Menurut gua yah, ntu hanya sebatas Cintasta..”
“Apa tuh??”
“Cinta sekilas lewat pandangan mata, tuh mantap khan. Mengapa demikian, karena sekian lamanya kalian nggak ketemu udah gitu nggak ada komunikasi sejak pisah dan kalian baru aja ketemu tiba-tiba kalian ngomongin cinta lagi nang mana cinta itu baru aja hadir saat pertemuan pertama dari sekian lamanya. Apa nggak aneh.”
“Hemmm, ora iso. Emang lo tahu kalo mereka baru ketemu pada saat itu aja. Khan mereka berhubungan lewat hp juga, otomatis duonk benih-benih cinta itu bisa hadir kapan aja.”potong Ronny
“Ora iso, ora iso. Cinta sebenarnya lo ntu hanya ama cowok lo yang sekarang, percaya gua dah.” Pitter keuh-keuh ama pendapatnya
“Yang dibilang Pitter itu 100% sualah, believe me aja. Realistis lah, yang namanya perasaan nggak ada yang bisa nutupin. Kalo lo mao, bisa kok selingkuh. Jangan menganggap bahwa selingkuh itu negative. Lagi pula lo khan baru penjajakan pacaran dan itu hanya berupa pendekatan alias pengenalan satu sama lain. Wajar aja khan kalo mencari pasangan itu mencari yang baik. Dengan begitu lo bisa memilah tuh mana yang terbaik.”
“No~no~no~no, nggak setuju. Jangan dah, kalo seperti itu artinya elo nggak punya sikap alias plin-plan. Bagaimana mungkin, pada saat elo milih cowok kedua lo anggap baik dari pada cowok pertama yang sekarang lo pacarain. Tapi dimata cowok lo yang kedua, belum tentu lo baik buat dia pada saat nanti. Baik or enggaknya orang itukhan wajar. Sebagai pasangan elo bisa menutupi kekurangan masing-masing pasangan. Nggak mungkin khan semua pasangan di dunia ini begitu sempurna. Ora ono..”
“Terus, keputusannya..” Iren meminta kesimpulan, Pitter ama Ronny saling pandang sambil mengernyitkan dahi masing-masing.
“???”
Pada akhirnya program Pencut & Love Music nggak ada keputusan or saran yang bisa di ambil ama pendengar gara-gara dua Dj-nya yang koplak and sompal beda argumen. Yang ada siaran pagi berdurasi dua jam itu hanya berisikan kekocakan dan argument nggak jelas seperti halnya meeting paripurna anggota dewan kelas politik. Tapi ora opo-opo, justru program baru itu mendapat rating tertinggi di episode pertama.
•••
Saat bus melintas, secepat kilat Ronny berlarian sebelum penumpang lain nyerbu bangku kosong.
Brukkkk…
“Aishhh, sorry,”Ronny cuek lantas masuk bus. Zora tersungkur ketanah, sambil mengusap lengannya yang lecet Zora buru-buru masuk bus. Kekesalannya semakin menjadi saat ia tak mendapatkan bangku kosong di bus itu. Ronny tersenyum geli menatap Zora yang masih kesal karena ulahnya.
“Nggak ada sopannya sama sekali, minta maaf atau apa gitu. Setidaknya menghargai yang lebih tua” Zora mengerutu, Ronny mendengar hal itu dan langsung bangkit dari duduknya.
Bibirnya di monyongkan, mengisyaratkan untuk Zora menduduki kursi yang ia duduki sebelumnya. Wanita itu tampak mengernyitkan dahinya heran.
“5 menit, sebelum berubah pikiran, tante,” Ronny menukas matanya agak di pelototkan. Zora mendesah kesal lantas duduk dikursi itu.
“Bukankah harus menghargai yang lebih tua,”sambung Ronny, Zora menatapnya dengan tatapan sadis.
“Aku nggak tua-tua banget tau.” Protes Zora kesal sambil melirik laki-laki tua di sebelahnya yang meringis dengan menunjukkan dua giginya yang berwarna hitam, Zora tampak risih juga melihatnya sementara Ronny hanya tersenyum simpul.
“Stop, pak” pinta Zora pada kenek bus, Ronny sedikit heran juga saat mendengar Zora menyetop bus tepat di depan pintu gerbang kampusnya. Ia membuntuti Zora dari belakang.
“Tante, kau terlalu tua untuk masuk kuliah lagi. Mendingan dirumah dan membiarkan suamimu yang melakukan pekerjaan jadi tante nggak perlu sekolah tinggi-tinggi.” Ronny berargumen sambil menjajari langkah Zora.
“Tante? Hhhhh, apa aku setua itu sampe-sampe kau menyebutku tante. Kenapa? Apa kau takut tersaingi. Bahkan aku masih terlihat cantik di banding kakakmu.” Sahut Zora ketus, Ronny memperhatikan penampilan Zora dari kaki sampai kepalanya.
“Haaaaa, kau jauh lebih tua dari kakakku, tante..”ujar Ronny lantas ngacir, kabur dari hadapan Zora.
“Ahhhh, sialan tuh bocah. Umurku baru saja 32 tahun dan aku masih terlihat cantik. Uhggggg” teriak Zora kesal dan berjalan menuju rektorat. Saat akan memasuki ruangan handphonenya tiba-tiba berdering, buru-buru ia menjawabnya.
”Aku baru sampai, kenapa? Setidaknya kau beri aku waktu untuk...”
”Kau pikir aku baby sitter, jangan kamu kira anak mu ini enak di asuh ya..”potong seseorang dari seberang sana
”Ok, 10 menit lagi.”Zora menukas lantas menutup telephonnya, ia tampak meremas kepalanya karena kesal.
“Selamat Miss Zora, anda bagian dari rektorat ini sekarang. Untuk sementara anda kami tempatkan sebagai pembantu Dekan II menggantikan Dekan sebelumnya. Untuk bahan ajar anda akan tahu sendiri untuk mengajar apa,” jelas Mr. Tony. Zora tersenyum mendengarnya.
Perlahan Ronny mengendap-endap menghampiri seorang gadis yang duduk di tangga sambil bersandar dan dua pasang headshet di telinganya.
”Serius amat,” sergah Ronny sambil menarik sebelah headshet, gadis itu tampak terkejut dan memukul lengan Ronny.
”Aishhhh, sakit tau..” protes Ronny, gadis itu tersenyum sesaat lantas menatap lapangan basket yang dihuni anak dari departemen lain. Ronny di sampingnya tampak heran melihatnya.
”Gue cantik nggak sih?” tiba-tiba gadis itu bertanya, Ronny tersenyum aneh mendengar pertanyaannya barusan. Lantas menjawab..
”Nggak!!”
”Sudah ku duga!!”
Sesaat diam tercipta, Ronny jadi penasaran dengan pertanyaan gadis itu. Tapi ia sembunyikan rasa penasarannya.
”Apa laki-laki itu kalo cari pacar mesti cantik, gua pan jelek nggak laku dong..”gadis itu menukas, Ronny menautkan kedua alisnya yang rada tebal sambil menatap heran gadis di sampingnya.
”Tergantung.. Heee, nggak kok. Kalo bagi gue sih, menjalin hubungan baik pertemanan ataupun pacaran yang dicari itu bukan masalah cantik or nggaknya. Tapi ketulusan hati seseorang yang di deketin itu. Jika dia tulus mencintai, tulus untuk menjalin sebuah hubungan, secara otomatis tampang diabaikan. Walopun ujung-ujungnya jual tampang juga.”jelas Ronny ngasal, gadis disampingnya hanya mencibir mendapat penjelasan yang nggak memuaskan baginya.
”Cristy, cantik or jelek itu nggak jadi ukuran. Saat ini mungkin lo belum laku, tapi tar sapa tahu khan. Lagi pula Tuhan itu menciptakan makhluknya sepaket ama pasangannya. So, ngapain lo repot-repot ama pasangan lo. Itu semua udah ada yang mengatur.”sambung Ronny sambil merangkul pundah gadis yang di panggil Cristy itu.
Ronny baru sampai studio buat on-air lagi, saat ia akan masuk ruangan seorang berjas hitam keluar dari ruang studio. Ia tersenyum saat berselisih dengan Ronny, senyumnya yang ramah dan pakaiannya yang terlihat mewah membuat Ronny terpana menatap pria berjas hitam itu.
”Mr. Fabian, invesmen terbesar kita. Dia mau melihat langsung perkembangan radio ini, dan dia baru aja kasih cek.”Reza menjelaskan, Ronny hanya mangut-mangut.
”Style juga tuh orang, pengen banget jasnya. Heee, pengusaha??”Ronny meringis, Reza ikutan meringis.
”U-one Fm, kita kembali mengudara di udara tapi bukan polusi udara hanya polusi suara. Right, sebelum penelphon holla, yuk kita dengerin lagu dari 16 finalis American yang mana mereka telah menyumbangkan dana dari lagunya untuk serdadu Amerika yang cacat di medan laga. Ini dia ”Heroes”, cek this sound..”sapa Ronny dengan suara cemprengnya.
”Lo langsung kemari pulang kuliah, pantesan nasi di pemanas nggak berkurang. Lain kali nggak usah deh lu masak banyak-banyak kalo pulang kuliah langsung kemari, nggak kemakan tuh ampe besok juga udah nggak enak..”Pitter baru datang sudah ngomel, Ronny hanya tersenyum menyesal, Pitter hendak memukulnya pakai gulungan scrip Ronny buru-buru menghidar dan menyabot cemilan yang di bawa Pitter.
”Ehhh, sini lu. Ni apa lagi.”Pitter mulai esmosi sambil menyingkirkan tumpukan buku-buku tebal di dekat keyboard.
”Ye’elah, tugas gua banyak tuh. Siaran sekalian belajar khan, sapa tahu tar gua jadi menteri. Lumayan khan lu punya temen mentri..”
”Yeee, cocok lu mang jadi menteri.  Amin dah kalo kota Pangkalan Bun tercinta lo itu banyak lahan pertanian terutama padi. Awas aja yang gua lihat gedung bertingkat tapi penghuninya bersayap semua..”(maksunya burung walet), Pitter menukas Ronny tersenyum mendengarnya sambil makan.
”Holla, U-One Fm. Secret love, one call me. Buagi secretnya duong, mengapa demikian, what happen..??”sahut Pitter saat seseorang menelphon
•••
Sesampainya didepan rektorat lagi-lagi handphone Zora berdering, ia sudah setengah hati untuk menahan amarahnya. Lantas ia teringat dengan Ronny, mahasiswa semester enam itu pasti mau membantunya. Meski ia merasa jengkel dengan ulahnya, tapi untuk beberapa waktu Ronny telah membuatnya selalu tersenyum. Ia merasakan sesuatu yang beda pada pemuda yang jauh umurnya lebih muda darinya. Dan inilah ribetnya seorang janda yang memiliki kerja dengan gaji pas-pasan, sampai-sampai ia tak sanggup membiayai baby sitter dan terpaksa menitipkan anaknya di tempat istri baru mantan suaminya.
”Aishhhhh, menyebalkan..”Zora kesal sendiri lantas ia bergegas pergi dan mengurungkan niatnya masuk ruang rektorat.  Matanya mengeliling kesemua penjuru ruangan, tapi seseorang yang dicarinya nggak kelihatan batang hidungnya juga. Saat melintasi lapangan basket, ia melihat seseorang tertidur di kursi panjang di bawah pohon mangga yang lebat daunnya (bukan buahnya).
”Hhhhh,..”Zora mendesah, sambil menatap pemuda itu. Ronny merasakan kehadiran seseorang, ia pun terbangun dengan senyumnya yang aneh.
”Ok, nggak perlu basa-basi. Jemput anak saya, di daerah pasar minggu. Kamu kesana, nanti aku sms alamatnya. Buruan..” ujar Zora memaksa, Ronny menatap wanita didepannya itu dengan tatapan aneh.
”Seharusnya tante tanya dulu, Ronny ada kelas nggak jam ini! Gitu..”protes Ronny
”Kalo ada kelas ngapain juga kamu tiduran disini, lagi pula dosen yang ngajar kamu pasti belum datang. Bisa lah, nanti kalo ketinggalan mata kuliah tar aku mintain deh bahan kuliahnya.”
”Yang bener tante, assa.. Seeep lah. Pergi dulu yah sayang..”pamit Ronny, Zora mendelik tak percaya ,mendengarnya.



To be Continued..