Selasa, 19 April 2011

Mission Imposible IV


Mataku langsung terbelalak lebar saat melihat hidangan mak nyos di atas meja. Gurame goreng, sambel trasi plus garang asem. Emmmmmmmmmmmm, lidahku langsung bergoyang. Lantas ku sambar piring dan nasi untuk menikmati sarapan pagi ni. My mom memang T.O.P B.G.T dah.
Plakkkkkkkk….
“Auchh..” aku merintih kesakitan saat seseorang menjitak kepalaku, aku menatap seseorang itu sambil meringis nunjukin dua gingsulku yang jenong keluar.
“Heeeeeeeeeee………..”
Seseorang itu menyambar piring nasi yang baru saja aku nikmati dua suapan. Aku hanya manyun menatapnya sambil membersihkan sisa-sia makanan di jari-jari manisku saat ia membersihkan nasi di atas piringku dan memindahkan ke piringnya. Kemudian ia berkomentar..
“Pinter ya, bangun tidur bukannya langsung mandi ini udah sarapan. Yang lain pada siap-siap buat kerja dia malah enak-enakkan makan. Bagus ya,  mulai hari ini jatah makan buat kamu, ibu batasin, ngerti. Sebelum kamu dapat kerjaan yang bener kamu nggak boleh makan yang enak-enak, udah di bilang jadi pegawai sipil, banggain orang tua dedikasikan pendidikan kamu untuk jadi guru, kenapa dulu pilih pendidikan pertanian, mimpi kamu jadi insinyur. Hah, insinyur apa, hah. Mana mimpi kamu jadi pengusaha sukses, buat resto sendiri..........”
Buru-buru aku menyambar piring nasi ibuku dan membawa kabur ke kamarku.
”Jennyyyyyyyyyyyyyyyyy, awas kamu yaaaaaaaaaaaaa” ibuku di bawah masih ngedumel ria. Ini sudah ke 1.234 episode mungkin mengalahkan Cinta Fitri  atau bahkan mengalahkan Tersanjung season 6. Sejak di nobatkannya aku menjadi sarjana pertanian. Ibuku selalu marah-marah, untuk memintaku segera mencari pekerjaan yang layak dan membanggakan keluarga. Aku hanya ingin menjadi seorang pengusaha yang sukses, apa ibu lupa. Batinku kesal..
Ohhh yah, namaku Jenny. Nggak ada kepanjangan ataupun lengkapnya lagi, cukup Jenny.. J.E.N.N.Y yup, aku berusia 21 tahun, cukup muda untuk menjadi seorang pengusaha bahkan sangat muda sekali. Xixixixi, kepribadianku simple nggak ribet, dengan potongan rambut ala harajuku style walopun nggak ada trenseter yang aku tiru dan ini hanya berdasarkan imajinasiku saja saat akan memotongnya.
Thats right, mimpiku adalah menjadi pengusaha sukses dengan memiliki banyak kebun sayur-sayuran, mempunyai kolam penangkaran lobster, dan resort sendiri, dengan beberapa pegawaiku. Jadi di resort itu aku akan menjual dan mengolah hasil komoditi pertanianku dalam bentuk mentah ataupun matang, penginapan, kolam renang (sweet dream). Bukan hanya lobster, resort dan kebun. Mimpiku yang lain adalah menjadi desainer ternama. Ahhh, kebanyakan mimpi. Pertanian yang akan aku utamakan. Hmmmmm, itulah kenapa aku menjadi sarjana pertanian.
Dosenku mengatakan bahwa, kembali ke masa kuliahku dulu ”Untuk menjadi seorang pengusaha, kita harus mempunyai skill, pengalaman dan yang pasti modal dalam artian keuangan. Untuk menjadi pengusaha pemula, paling tidak kita harus mencari pengalaman dulu. Misalnya kita bekerja di tempat orang yang memang sudah berkompeten dalam dunia bisnis pertanian, banyak-banyak mencari pengalaman dan hal-hal baru pasti akan di dapatkan. Setelah kita sudah mendapat ilmu yang cukup, kita harus mempunyai beberapa aspek kesempatan. Yaitu waktu, tempat, ilmu, modal dan kesempatan yang tepat......”.
Itu akan memerlukan waktu yang lama, egois memang tapi entah mengapa aku tak ingin meluangkan hariku untuk mencari pengalaman itu, dengan kata lain aku ingin terjun dalam dunia bisnis tanpa ada pengalaman. Tapi belakangan ini hari-hariku hanya diliputi oleh bayangan Bryan Anderson Blackwaind, hanya dengan memandangi posternya saja aku seperti sudah memiliki hamparan kebun yang luas dan penangkaran lobster yang lebar. Bryan, your beautiful boy??? Suatu saat aku akan berkencan denganmu...
(>>`_’<<)
”Jenyyyyy???”... My God, lagi-lagi suara itu memekakkan telingaku, ibuku memang memiliki banyak pita suara cadangan meski dengan amplitudo yang besarpun tak menutup kemungkinan untuk bisa merusak pita suaranya.
”Yee, agesimnida.....”Jawabku mengikuti ucapan orang Korea yang biasa ku lihat di drama asia, lantas menuruni tangga dan menghampiri ibuku. Ibuku menyerahkan daftar belanja padaku, saat ku amati beberapa kali mataku langsung berbinar menyala seperti melihat emas berton-ton di hadapanku. Aku langsung menyambar ibuku dan memeluknya hangat.
Langsung saja aku stater matik putihku yang belum saja lunas, matik inipun yang membayar tagihannya kakak ketigaku. Aigoooo, aku hanya bisa menyusahkan orang saja. Huhhh, dengan keyakinanku yang kuat aku memasuki  Farmer Market yang menjual semua alat dan bahan pertanian. Begitu semua keperluan yang kuinginkan terpenuhi aku pun meninggalkan jantung Pangkalan Bun menuju rumahku.
Tapi sebelum itu mataku menangkap baleho, di sana terpampang wajah kekasih impianku. Bryan.
”Sore ini ada peluncuran album barunya. Apa yang harus aku lakukan? Haaaaa, Bryan wajahmu cute abis... Huuuuuu, Bryan aku fans beratmu...” seruku girang saat membaca barisan pengumuman disana, lantas aku meraih ponselku dan langsung menjepret wajah nan cuakepnya. Bryaaaaaaaann...
Tin~tin~tiiiiiiiiiiin...
Terdengar suara klakson mobil yang memekakan telingaku.
”Elaaaaaaaaah, berisik banget sih, nggak ngerti apa...” ujarku tanpa memperdulikan klakson mobil di belakangku.
Tin~tin~tiiiiiiiiiiin...
Lagi-lagi klakson itu berbunyi, dan kali ini makin nyaring. Aku menyeret matikku ke pinggiran jalan raya agar tetap bisa menikmati tampannya kekasih impianku. Hah, Bryan sungguh mempesona.
 Tin~tin~tiiiiiiiiiiin...
Grrrrrrrrrrrrrrrrr
Sepertinya aku hilang kesabaran, bagaimana mungkin. Aku sudah menggeser matikku ke pinggiran jalan walopun hanya sikit enggel yang ku dapat untuk menikmati wajah Bryan. Tapi mobil itu.. Mobil itu... Mobil itu?
”Haaaaaa” mataku hampir saja copot dari korneanya. Seseorang turun dari Mercy merah metalik dengan gayanya yang sok cool. Ia tersenyum meremehkan kearahku dan menghampiriku bak pragawan yang berjalan di panggung fashion swoh.
”Hai Jenn, ohh yah mungkin sekarang ganti jadi Miss Dream kali yah. Hmmm, gimana kabarnya.? Aku sih berharap kamu baik-baik aja setelah kita berpisah. Lihat mercy itu, uhhh kayanya kamu belum bisa menungganginya. Ups, kuda kali. Heeee. Ohh, apa tuh?” seseorang itu menunjuk bungkusan yang tergantung di matikku, aku menoleh kearah bungkusanku sekilas lantas menatap orang itu dengan tatapan ku yang tak tajam.
”Nggak penting kali ya Mich, kamu khan sibuk jadi nggak perlu lagi kamu ngurusin mantan kamu yang sekarang juga sibuk.” ujarku sengak
”Ohhh, jadi mantanku ini juga sibuk. Sibuk apa, menyusun daftar mimpi baru? Apa perlu bantuanku! Ahhh, aku lupa. Ternyata Bryan masih menjadi mimpi utamamu...” aku memotong ucapannya saat ia memandang poster kekasih impianku, aku tak ingin bibirnya mengeluarkan kata-kata tak sedap di dengar akan kekasih impianku itu, Bryan.
”Ya~ya~ya, aku memang salah mengabaikan cintamu dengan obsesi mimpiku. Tapi nggak segitunya kamu mengumbar-ngumbar mimpiku kesemua orang. Sekarang kamu sibuk dan aku sibuk, mendingan kamu urus saja tuh kolam renang dan swety baru kamu yang centil itu” ujarku marah sambil menstater matikku.
”Jenn, Jenny... kalo kamu tahu aku masih cinta kamu....”
Aku tak menghiraukan ucapannya dan langsung meninggalkannya, ia tampak meremas kepalanya dan menendang sesuatu ke langit saat aku melihat dari kaca spion matikku. Michel pernah mengisi hatiku, entah kenapa kami bisa menjadi pasangan. Aneh memang tapi itulah kenyataannya, mimpiku yang selalu membuatnya menjadi ilfil. Flashback....
”Mich, nonton yu. Bryan hari ini manggung loh, ughhh tahu nggak kamu. Bryan itu cakep, keren, pintar, tajir. Yak ampun... Mich, kalo aja aku punya cowok kayak dia. Huh, my god, betapa beruntungnya aku. Mich, kamu harus kaya dia. Harus....”
”Jen, kamu nggak mikir yah dengan yang kamu ucapain...”Michel gusar, aku hanya mencibir ke arahnya dan kembali terhanyut dengan bayanganku akan Bryan yang uhhh nggak kuku.
Keesokkanya, saat aku memarkir matikku. Tak sengaja aku melihat Michel duduk mesra di bangku taman belakang TU kampus bersama nenek lampir centil yang memang menyukai Michel sejak OPSPEK. Yah dia, Merilin. Cewek centil itu yang membuat hubunganku amburadul.
”Ok, Michel. Emmmm, aneh mungkin kalo aku bilang aku nggak marah melihat adegan ini. Mungkin satu udah cukup...” ujarku saat menghampirinya dengan menahan amarahku, Michel tak berekspresi begitu juga dengan Merilin yang terus menggenggam erat tangan Michel hingga membuat hatiku merajuk murka.  Michel berdiri di hadapanku, aku bingung untuk mengucapkan kata-kata. Lantas
PLAKKK, PLAKKKKK....
Sejak itu aku tak lagi memiliki pasangan. Saat wisuda kelulusan yang tak pernah aku pikirkan Michel membongkar semua daftar mimpiku dihadapan ribuan pasang mata melalui mulut Merilin. Hingga aku menjadi bahan tertawaan semua orang, kini pun tiap kali bertemu alumni kuliah mereka selalu bertannya.”Bagaimana mimpimu,?”  Ohh God, tapi itu membuatku semakin semangat untuk mewujudkannya. Walau ku sadari aku tak sanggup menggantikan Michel dengan orang lain, kecuali Bryan. Xixixixi. Flashback selesai
Tepat pukul 04.00 Pm, aku memang sudah menentukan skedulku sore ini untuk membuat rancangan awal bisnisku. Dengan bantuan dana dari ibu aku akan menanam benih terung, tomat dan juga cabai yang telah ku beli tadi hingga tak kusangka bertemu mantan.  Tapi tiba-tiba bayangan akan Bryan melintas lagi di benakku dan mengganggu aktivitasku sore ini.
What, Bryan hari ini manggung. Aduh gimana nih, pekerjaan belum selesai.” aku tersentak lantas aku buru-buru membersihkan tanganku dengan air kran yang tak jauh dari tempatku mengaduk tanah. Kemudian aku bergegas menuju kamar untuk segera menganti pakaian dan menyemprotnya dengan sebotol parfum.

Riuh gempita penonton memadati stadion sampuraga yang telah disulap menjadi stage megah, lampu-lampu warna-warni dengan soundsistem yang memekakkan telingga dengan genderangnya yang nyaring. Bryan memamerkan kebolehannya bermain gitar sambil bernyayi.
”Bryaaaaaaaaaaaaaan,” teriakku kencang, Sam di sampingku pun teriak memanggil nama Bryan kemudian kami tertawa bersama sambil loncat-loncan mengikuti iringan musik rock yang dibawakan oleh Bryan.
Cintaaaaaaaaaaaa, ku coba untuk melupakanmuuuu
Namun ku tahu itu tak kan mungkiiiiiiiiiin
Cintaaaaaaaaaaaaaa, kemana ku bisa merasakkannyaaaaa
Kau seolah pergi dan tak menghampiriiiiiiiiiiiiku lagiiiiiiii
Hahahhahahaha.....
Aku dan Sam tak hentinya bernyanyi riang lagu empunya Bryan sambil mengendarai matikku. Setelah mengantarkan Sam sampai di rumahnya, akupun bergegas menuju rumahku yang tak jauh dari rumahnya. Hari ini aku senang sekali. Aku bisa bertemu bintang pujaanku, Bryan aku berharap kau menjadi pacarku. Mimpi lagi..
Begitu aku buka pintu rumahku,  tiba-tiba aku merasakan hawa tak sedap yang langsung menerpa wajah manisku. Wusssssshhhhhhh
TO BE CONTINUE>>>