TOPIK 1
PENDAHULUAN
1. Bahasa Pengembang Kepribadian
- Sejarah bahasa: Berawal dari sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928 dan kemudian diikrarkan pada kaum pemuda untuk mengenal bahasa Indonesia yang satu.
- Latar belakang sumpah pemuda:
Banyaknya ras, bahasa, suku dan budaya menyebabkan kaum pemuda untuk berfikir kritis mempersatukan bangsa ditengah perbedaan yang ada. Yaitu dengan pengikraran sumpah pemuda sehingga terciptalah bahasa pemersatu nusantara yaitu bahasa Indonesia, cikal-bakal yang diambil yaitu berasal dari bahasa melayu.
- Faktor: - Bahasa melayu sering digunakan oleh pedagang
- Mudah dimengerti dan tidak terdapat tingkatan
- Apa yang ditulis itulah yang diucapkan
- Tidak menimbulkan kecemburuan sosial
- Dampak : - Menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia
- Sebagai bentuk jati diri bangsa indonesia
- Fungsi: - Bahwa setiap bangsa Indonesia memiliki sikap dan perilaku
- sebagai alat komunikasi sosial
2. Mekanisme Pembelajaran
Bahasa adalah keterampilan. Belajar bahasa dengan berbahasa dilakukan langsung dengan praktek yaitu mendengarkan, berbicara atau mengucapkan, membaca kemudian menulis.
3. Berbasis Kompetensi
Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulisan suatu jenjang pendidikan kompetensi. Yang serng disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai lulusan. Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976:29) adalah peryataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat dapat diamati dan diukur.
Kompetensi (kemampuan) lulusan merupakan merupakan modal utama untuk bersaing ditingkat global, karena persaingan yang terjadi adalah pada kemampuan saja. Oleh karena itu penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi ditingkat global. Implikasi pendidikan berbasis kompetensi adalah pengembangan silabus dan sistem pengembangan.
TOPIK 2
ARTI, FUNGSI DAN RAGAM BAHASA
01. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan ucapan, pikiran, perasaan seseorang yang teratur serta yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat.
a. Secara umum bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dengan menggunakan sistem, lambang, bunyi dan ujaran.
b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan untuk berkomunikasi.
02. Fungsi Bahasa
Dilihat dari kenyataan praktis sehari-harinya, bahasa mempunyai arti dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Sesui dengan tujuannya, penggunaan bahasa memiliki fungsi yang bermacam-macam yaitu:
a. Tujuan praktis, yaitu bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat dalam kehidupan atau pergaulan hidup sehari-hari.
b. Tujuan artistik, bahasa merupakan alat untuk menyampaikan rasa estetis manusia melalui seni sastra
c. Tujuan kultural, sarana untuk menyimpan, menyebarkan serta mengembangkan kebudayaan
d. Tujuan politis, saran atau alat yang dapat dipergunakan untuk mempersatukan bangsa.
e. Tujuan filogis, alat yang dapat dipergunakan untuk menyelidiki benda-benda kuno atau benda-benda purbakala.
0.3 Ragam Bahasa
Macam-macam bahasa, tulisan, lisan, isyarat dan karangan
1. Ragam bahasa menurut penutur golongan bahasa itu dibedakan atas:
a. Ragam bahasa berdasarkan patokan daerah (bahasa daerah, logat, dialek, dan idiolek)
b. Ragam bahasa menurut pendidikan (Teori: Akan berbeda orang yang berpendidikan tinggi dengan orang yang berpendidikan rendah demikian dengan fonologinya/bunyi dan suara)
c. Ragam bahasa menurut sikap penutur (disesuaikan dengan orang yang diajak bicara)
2. Ragam bahasa menurut jenis pemakainya
a. Ragam bahasa dilihat dari sudut pandang bidang (pokok persoalan yang berasal dari pergaulan dalam masyarakat, atau sesame komunitas.
b. Ragam bahasa menurut saranannya
1) Ragam bahasa lisan: Dengan ucapan, langsung tanpa SPOK, dan tanpa kontrol (spontanitas)
2) Ragam bahasa tulisan: Dengan tulisan, tidak langsung dan menggunakan SPOK, dan dapat dikontrol.
3. Ragam bahasa yang mengalami pencampuran (Bahasa Indonesia selalu mengalami perkembangan, kosakata baru, dan menyesuiakan pada kaidah bahasa Indonesia.
TOPIK 3
EJAAN YANG DI SEMPURNAKAN
Ejaan merupakan keseluruhan aturan atau tata cara untuk menulis suatu bahasa baik yang menyangkut lambang bunyi, penulisan kata, penulisan kalimat, maupun penggunaan tanda baca. Ejaan
1. Pemakaian Huruf
1.1 Huruf Kapital
a. Huruf kapital digunakan untuk huruf pertama pada kalimat
Contoh: Kita wajib menjaga lingkungan agar tetap terjaga keasriannya,
b. Nama Tuhan termasuk kata gantinya, agama, kitab
Contoh: Tuhan Yang Maha Esa.
Alquran, Alkitab, Islam, Kristen, Weda
Bimbinglah hamba-Mu ini ya Tuhan
c. Huruf kapital digunakan untuk nama jabatan yang dikutip dari nama orang, gelar kehormatan, nama jabatan, nama bangsa, suku dan bahasa.
Contoh: Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafii.
Gubernur Ismail, Kolonel Subroto, Profesor Didik S.
Benua Asia, Asia Tenggara, Banyuwangi, Danau Toba.
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Republik Cinta Manajemen, Majelis Permusyawarahan Rakyat
Dr, Ir, M.A., S.H. , Ny, Sdr
d. Digunakan pada kata awal kalimat, dan petikan langsung.
Contoh: Dosen bertanya” Sudah jadi belum tugas bahasa Indonesia?”
1.2 Huruf Kecil
Huruf kecil digunakan setelah huruf kapital. Tulisan kata pada posisi ini bukan pada awal kalimat, bukan nama orang, atau penggunaan lain yang tidak dipersyaratkan pada penggunaan huruf kapital. Akan tetapi, perlu diperhatikan adanya penggunaan huruf kecil yang ditekankan, misalnya nama nama jenis, bukan nama produk, dan bukan nama tempat dalam geografi.
Contoh:
kunci inggris (bukan kunci Inggris)
pisang ambon (bukan pisang Ambon)
Sedangkan penulisan kata yang berkaitan dengan nama produk harus ditulis dengan huruf Kapital, missal: gudek Yogya, rending Padang, dan lukisan Bali
1.3 Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:
a. Menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Buku Bahasa Indonesia karangan Widjono Hs. dan Sintowati
Majalah Tempo Mei 2004
Surat Kabar Kompas 18 Agustus 2003
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
c. Menulis kata untuk nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuikan dengan ejaannya
1.4 Huruf tebal
Huruf tebal digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan dicetak tebal, diberi garis bawah ganda. Huruf tebal ini berfungsi untuk menandai kata-kata yang dianggap penting, atau perlu mendapat perhatian, seperti: judul dan subjudul dalam karangan, nama (judul) tabel, atau kata yang menuntut perhatian khusus.
Contoh:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Pembatasan Masalah
2. Pelafalan Huruf
2.1 Pelafalan Bahasa Indonesia
Kata atau singkatan dalam bahasa Indonesia dilafalkan menurut pengucapan dan pendengaran orang Indonesia.
Singkatan Lafal Baku Lafal Tidak Baku
DPR de pe er di pi ar
KKN ka ka en ke ke en
LSM el es em el esm
2.2 Pelafalan Singkatan Asing
Singkatan Asing Lafal Baku Lafal Tidak Baku
Unesco yu nes ko unesko
Unicef yu ni sef unisef
UNO yu en ou u n oi yu no
1. Pelafalan Kata dan Partikel
Partikel sebenarnya berupa klitika karena selalu diletakkan pada kata yang mendahuluinya. Partikel dibagi menjadi:
a. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
1) Partikel lah dipakai dalam kalimat perintah atau kalimat berita.
Contoh: masuklah, makanlah, jaganlah.
2) Partikel kah kadang-kadang bersifat manasuka dan kadang-kadang wajib.
Contoh: diakah, sudikah, benarkah.
3) Partikel tah dipakai untuk kalimat tanya.
Contoh: apatah.
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya “ ia pun “
c. Partikel pun akan ditulis serangkai untuk kelompok kata yang sudah dianggap padu benar, yaitu: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun dan lain-lain yang diakhiri dengan pun.
d. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mengikutinya.
3.1 Penulisan Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
- Adik sedang makan nasi
- Buku dan majalah ini baru beli.
Kalau ditengah kata terdapat:
- dua vokal yang berurutan, maka pemisahannya dilakukan diantara kedua vokal itu. Contoh: bu-at, ba-ik, sa-at, ni-an.
- konsonan diantara dua vokal, maka pemisahannya dilakukan sebelum konsonan itu. Contoh: su-kar, mu-ka, sa-kit.
3.2 Penulisan Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang terbentuk karena proses reduplikasi atau pengulangan. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). Bahasan kata ulang mencakup:
1) Gabungan kata dasar: cakap-cakap, kota-kota, rumah-rumah (benar). Tanpa ada angka dua pada akhir kata, cakap2,kota2 (salah)
2) Gabungan kata berimbuhan: berhubung-hubungan, beramai-ramai, dipukul-pukul (benar). Ber-hubung2-an, di-pukul2 (salah).
3) Gabungan kata dasar berubah bunyi: bolak-balik (pengulangan konsonan berupah vocal), huru-hara (pengulangan konsonan berubah vocal), lauk-pauk (pengulangan vocal berubah konsonan).
3.3 Penulisan Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut dengan kata majemuk termasuk istilah khusus, bagian-bagian kata ditulis terpisah.
Contoh: duta besar simpang lima
Pasar malam rumah sakit
Konsul jendral kambing hitam
b. Gabungan kata termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang bersangkutan.
Contoh: anak-istri ampere-meter
Bapak-ibu adik-kakak
c. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Contoh: apabila manakala
Barangkali sendratari
Bilamana matahari
d. Gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa unsure terikat ditulis serangkai.
Contoh:Pascapanen
Antarkota
Pancaindra
e. Kata bilangan yang bersal dari kata Sansekerta sebagai unsur terikat ditulis serangkai dengan unsure yang menyertainya.
Contoh:dwiwarna
triwulan
caturwarga
3.4 Penulisan Kata Depan
Kata depan merupakan kata yang menghubungkan kata benda dengan kata yang lain serta menentukan sekali sifat perhubungannya, kata depan disebut juga preposisi.
a. Kata depan di ( menandai hubungan tempat berada) Ke (menandai hubungan tempat yang dituju) dan dari (menandai asal suatu hal, benda atau arah suatu tempat), pada umumnya ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
b. Kata depan di. Ke dan dari, bila di dalam gabungan kata sudah dianggap satu kata, maka ditulis serangkai.
c. Bila di dan ke bukan sebagai kata depan, maka ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya atau dalam hal ini berfungsi sebagai awalan.
3.5 Penulisan dari Singkatan Bentuk Akronim
a. Bentuk Singkat adalah bentuk pendek yang diambil atau dipotong dari bentuk lengkapnya. Penulisannya menggunakan huruf kecil semua.
b. Singkatan adalah bentuk pendek yang diambil darim huruf-huruf pertama suatu frasa. Penulisan menggunakan huruf Kapital.
c. Akronim adalah bentuk pendek yang diambil dari sebuah frasa dengan susunan yang bervariasi.
Tanda koma (,): digunakan untuk dua ketentuan yang menyangkut pemakainya
tanda koma dalam tulisan yaitu:wajib dan tidak wajib di gunakan.
+ untuk menyatakan perincian atau pembilang, satu, dua, tiga …..n
+ untuk memisahkan kalimat yang satu dari kalimat setara tetapi, melainkan,
Contoh: Gee bukan mahasiswi yang malas, malainkan mahasiswa yang rajin
Gee gadis yang tidak cantik, tetapi gadis yang manis
+ dibelakang kata atau ungkapan
Contoh: Oleh karena itu, bla~bla~bla
4. Titik dua (:): digunakan secara tidak tepat, terutama terdapat kalimat yang
mengandung rincian.
+ pada akhir peryataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian
Contoh: Gee pergi ketoko membeli: kue, buah, dan sayur.
+ sesudah ungkapan atau kata yang memerlukan pemerian
Contoh: Ketua : Juno
Sekretaris : Lee
Bendahara : Cee Pei
TOPIK 4
DIKSI
1. Jenis Makna Kata
a) Makna Gramatikal
Makna gramatikal makna suatu kata setelah kata itu mengalami proses baik melalui pengimbihan, pengulangan dan pemajemukan.
Contoh; Kata keibuan memiliki pengimbuhan makna ke-an dari kata ”ibu” yang berarti orang tua wanita yang melahirkan kita. Sedangkan keibuan memiliki perluasan makna yang berarti sifatnya keibuan yang bersifat lemah lembut, penyayang.
b) Makna Leksikal
Makna dasar yang belum mengalami perluasan mekna dan dapat dicari artinya di dalam kamus.
Contoh; ibu memiliki makna orang tua meskipun bukan ibu sendiri, orang tua wanita yang melahirkan.
2. Perubahan Makna
Makna suatu kata dalam perkembangannya akan berubah karena banyak sekali factor yang memengaruhinya, misalnya nilai masyarakat pemakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, situas,i dan kondisi serta status social pemakai bahasa.
1. Makna meluas yaitu apabila cakupan makna sekarang lebih luas dari pada cakupan makna dahulu.
Contoh:
Dahulu berlayar digunakan untuk menyebut pengertian mengarungi samudra.
Sekarang berlayar memiliki pengertian yang luas yaitu menjadi semua tindakan mengarungi laut dengan alat apa saja.
2. Makna menyempit yaitu makna sekarang lebih sempit dari pada makna dahulu
Contoh:
Dahulu kata sarjana dipakai untuk semua cendikiawan.
Sekarang kata sarjana dipakai sebagai gelar bagi lulusan perguruan tertinggi.
3. Sinestesia perubahan makna yang terjadi akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berbeda.
Contoh:
- Kata manis sebenarnya merupakan tanggapan indra perasa/pengecapan dan mengalami perubahan makna menjadi indra pendengar. Missal; Suara Cristian Bautista terdengar manis.
- Kata halus pada dasarnya merupakan tanggapan dari indra peraba akan tetapi mengalami perubahan makna menjadi indra pendengar. Missal; Halus benar budi bahasanya.
4. Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat
Contoh:
- Kata amplop memiliki makna sampul surat, karena ada persamaan sifat kata amplop dapat berarti uang, sogok atau suap.
- Kata memancing memiliki makna mengambil ikan dengan alat kail. Hal ini disamakan sifatnya dengan orang yang memulai suatu perkara. Missal; Jangan memancing masalah.
5. Ameliorasi adalah perubahan makna yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tinggi atau hormat/ halus/ baikdari pada makna lama.
Contoh:
- Kata pria dirasakan lebih tinggi nilainya daripada kata laki-laki
- Kata warakawuri dirasakan lebih tinggi nilainya daripada kata janda pahlawan
6. Peyorasi adalah perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah/ kurang baik dari makna sebelumnya.
Contoh;
- Kata oknum dahulu berarti pelaku, dan sekarang oknum memiliki makna dengan pelaku kejahatan
- Kata kaki tangan dahulu berarti pembantu, sekarang berarti pembantu dalam hal baik.
3. Denotasi dan Konotasi
a. Makna denotasi merupakan arti kata yang sebenarnya. Dapat dijumpai pada bentuk-bentuk karangan ilmiah agar tidak terjadi salah penafsiran, atau menghindarkan adanya pebafsiran ganda dari suatu kata.
Contoh :
i. pena = diartikan sebagai alat tulis yang menggunakan tinta
ii. mulut = bagian dari tubuh yang digunakan untuk memasukkan makanan kedalam tubuh.
b. Makna konotasi merupakan makna yang tidak sebenarnya atau disebut dengan arti kiasan. Makna ini merupakan makna baru yang memiliki perluasan dari makna yang sebenarnya dan mempunyai tujuan membangkitkan kesan tertentu. Dapat dijumpai pada karangan sastra. Contoh:
i. Bunga = diartikan sebagai harapan atau kekasih
ii. Rokok = diartikan sebagai kekasih yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan.
Makna konotasi dapat dibedakan menjadi:
1. Makna konotasi positif, yaitu makna konotasi yang mengendung nilai rasa lebih baik, tinggi, halus, sopan dan menyenangkan.
Contoh: kata naas untuk menggantikan kata celaka atau sial
2. Makna konotasi negative, yaitu makna konotasi yang mengandung nilai rasa lebih rendah, jelek, kasar, kotor dan tidak sopan.
Contoh: kata tewas untuk menggantikan kata meninggal dunia
4. Sinonim
Sinonim adalah bentuk-bentuk kata yang mempunyai arti yang mirip atau sama. Kata-kata yang demikian ini banyak dijumpai dalam kata-kata bahasa Indonesia.
Contoh: mati = wafat, gugur, meninggal
bunga = kusuma, kembang
5. Homonim, Homofon dan Homograf
a. Homonim adalah kata yang sama ejaannya serta lafalnya, tetapi artinya tidak sama. Contoh:
- kikir = alat penghalus besi
kikir = pelit
- rangka = kaitan, hubungan
rangka = alat untuk penyangga atau penguat
b. Homofon adalah kata-kata yang lafalnya sama, tetapi ejaan dan artinya tidak sama. Contoh:
- bank = lembaga keuangan
- bang = kakak laki-laki, abang
- sangsi = ragu-ragu
- sanksi = hukuman
c. Homograf adalah kata-kata atau tulisannya sama tetapi lafal ejaan dan artinya tidak sama. Contoh :
- memerah = memeras
- memerah = menjadi merah
- berang = pisau besar
- berang = sangat marah
d. Polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu yang terjadi akibat pergeseran makna atau tafsiran yang berbeda. Polisemi harus diterjemahkan sesuai dengan arti dalam konteksnya.
- kepala = bagian tubuh dari leher keatas
Kepala = seseorang yang memiliki derajat lebih tinggi
Jatuh = menaruh cinta kepada seseorang
Jatuh = merosot
Jatuh = turun kebawah dengan cepat.
By.bumchuy.blogspot.com