Jumat, 18 Maret 2011

Ilmu Sosial Budaya Dasar 2 & 3

http://www.bumchuy.blogspot.com

2

Manusia dan Kebudayaan

A. PENGERTIAN

Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budidaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).

Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli:

1. E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hokum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

2. R. Linton, kebudaaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dari tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat yang lainnya.

3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan keseluruhan system gagasan, milik diri manusia dengan belajar.

4. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

5. Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.

B. PERWUJUDAN KEBUDAYAAN

J.J. Honigmann dalam bukunya The World of Man (1959) membagi budaya dengan tiga wujud, yaitu; ideas, activities, and artifact. Koentjaraningrat, mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu:

1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. Kebudayaan ideal ini disebut pula tata kelakuan, hal ini menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan member arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut dinamakan system social, karena aktivitas-aktivas manusia berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Sifatnya konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto yng berwujud besar atau kecil. Kesimpulannya, kebudayaan fisik ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam bentuk materi/artefak.

C. SUBSTANSI (ISI) UTAMA BUDAYA

Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstarka dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang member jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa system pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.

1. Sistem Pengetahuan

Merupakan akumulasi dari pejalanan hidupnya manusia dalam hal berusaha memahami:

a) Alam sekitar;

b) Alam flora di daerah tempat tinggal;

c) Alam fauna di daerah tempat tinggal;

d) Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;

e) Tubuh manusia;

f) Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia;

g) Ruang dan waktu.

Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu;

a. Melalui pengalaman kehidupan sosial.

b. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal/resmi (sekolah) maupun dari pendidikan non-formal (tidak resmi).

c. Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi simboliks.

2. Nilai

Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), religious (nilai agama).

3. Pandangan Hidup

Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi bebagai masalah yang dihadapinya.

4. Kepercayaan

Kepercayaan yang mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pada dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup, dan hanya yang Mahatinggi saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari jaln keluar dari permasalahan hidup dan kehidupan.

5. Persepsi

Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.

Persepsi terdiri atas: 1) persepsi sensorik, yaitu pesepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indra manusia; 2) persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain; 3) persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.

6. Etos Kebudayaan

Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropologi) berasal dari bahasa Inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing.

D. SIFAT-SIFAT BUDAYA

Setiap kebudayaan mempunyai cirri atau sifat yang sama, bersifat universal. Di mana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya di mana pun.

Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut antara lain:

1) Budaya tyerwujud dan tersalurkan dari sifat perilaku manusia

2) Budaya telah ada dahulu sebelum lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.

3) Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya

4) Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

E. SISTEM BUDAYA

Merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagsan, konsep, serta keyakinan. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai adat istiadat.

Jenis kebudayaan ini dapat dikelompokan menjadi:

Ø Kebudayaan material

Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda, barang alat pengolahan alam, seperti gedung, pabrik, jalan, rumah, dan sebagainya.

Ø Kebudayaan non-material

Merupakan hasil cipta, karsa, yang berwujud kebiasaan, adat-istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya.

· Volkways (norma kelajiman)

· Mores (norma kesusilaan)

· Norma hukum

· Mode (fashion)

Kebudayaan dapat dilihat dari dimensi wujudnya adalah:

1. Sistem budaya

Kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, peraturan dan sebagainya.

2. Sistem sosial

Merupakan kompleks dari aktivitas serta berpola dari manusia dalam organisasi dan masyarakat.

3. Sistem kebendaan

Wujud kebudayaan fisik atau alat-alat yang diciptakan manusia untuk kemudian hidupnya.

F. MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA DAN PENGGUNA KEBUDAYAAN

Tercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini. Manusia memiliki daya antara lain akal, intelegensia, dan intuisi; perasaan dan emosi; kemauan; fantasi; dan perilaku.

Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaa, kebudayaan ada karena manusia ada penciptaannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Peter L. Berger, yang menyebutkan sebagai dialektika fundamental. Dialektika fundamental ini terdiri dari tiga tahap: tahap eksternalisasi, tahap objektivasi, dan tahap internalisasi.

Tahap eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus-menerus ke dalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental. Tahap objektivasi adalah tahap aktivitas manusia menghasilkan suatu realita objektif, yang berada di luar diri manusia. Tahap internalisasi adalah tahap di mana realitas objektif hasil ciptaan manusi diserap oleh manusia kembali.

Kebudayaan memiliki peran sebagai berikut:

1. Suatu pedoman hubungan antar manusia atau kelompoknya.

2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.

3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.

4. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku di dalam pergaulan.

5. Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

G. PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN

Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan:

Ø Physical Environment, menunjukkan pada lingkungan natural seperti: temperature, curah hujan, iklim, wilayah geografis, flora, fauna.

Ø Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasi seperti: norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.

Ø Environmental Orientation and representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.

Ø Environment Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.

Ø Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah, komunitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam komoditas lingkungan fisik seperti budaya pertanian dan iklim.

Kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi cirri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

H. PROSES DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN

Pengapdosian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim, topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Sebagai contoh: orang-orang yang hidup di daerah yang kondisi lahan atau tanahnya subur (produktif) akan mendorong terciptanya suatu kehidupan yang favourable untuk memproduksi bahan pangan. Jadi, terjadi proses keserasian antara lingkungan fisik dengan kebudayaan yang terbentuk dilingkungan tersebut, kemudian ada keserasian juga antara kebudayaan masyarakat yang satu dengan kebudayaan masyarakat tetangga dekat. Kondisi lingkungan seperti ini memberikan lingkungan untuk berkembangnya peradapan (kebudayaan) yang lebih maju. Misalnya, dibangun sistem irigasi, teknologi pengolahan lahan dan makanan, dan lain sebagainya.

Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi (dalam hal ini adalah system telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehidupan manusia. Suatu komunitas dalam kelompok social bisa saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalahartikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan. Interprestasi ini mengambil dasar pada adanya budaya-budaya baru yang tumbuh dalam komunitas mereka yang bertentangan dengan keyakinan mereka sebagai penganut kebudayaan tradisional selama turun-temurun.

Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kendali atau kontrol terhadap perilaku reguler ( yang tampak) yang ditampilkan, kontrol sosial yang ada di masyarakat, yang menjadi suatu ‘cambuk’ bagi komunitas yang menganut kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.

I. PROBLEMATIKA KEHIDUPAN

Beberapa problematika kehidupan antara lain:

1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan. Keterkaitan orang Jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-temurun diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampong halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.

2. Hambatan manusia yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.

3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologis atau kejiwaan.

Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa ditempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat yang lama.

4. Masyarakat yang bersaing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar. Masyarakat daerah-daerah terpencil yang komunikasi dengan masyarakat luar, karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program pembangunan.

5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.

Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah miliki secara turun-temurun.

6. Sikap Etnosentrisme.

Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan antar- golongan.

7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, seringkali disalah gunakan oleh manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dubuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan manusia.

J. PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Ada lima faktor yang menjadi penyebab perubahan kebudayaan, yaitu:

a. Perubahan lingkungan alam.

b. Perubahan yang disebabkan adanya kontrak dengan suatu kelompok lain.

c. Perubahan karena adanya penemuan (discovery).

d. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain di tempat lain.

e. Peeuabahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru, atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya realitas.

Perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa, dan rasa manusia adalah tentu saja perubahan yang member nilai manfaat bagi manusia dan kemanusiaan, bukan sebaliknya, yaitu yang akan memusnahkan manusia.

3

Manusia dan Peradaban

A.PENGERTIAN

Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai kedua istilah ( kebudayaan dan peradaban ) sebagai berikut :

Ø Bierens De Hann. Mempertentang pengertian kebudayaan dan peradaban sebagai berikut, peradaban adalah seluruh kehidupan social,politik,ekonomi,dan teknik. Jadi peradaban adalah bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis,sedangkan kebudayaan ialah sesuatu yang berasal dari hasrat dan gairah yag lebih dan murni yang berada di atas tujuan yang praktis hubungan kemasyarakatan.

Ø Oswald Spengl ( 1880-1936 ) kebudayaan ialah wujud dari seluruh kehidupan adat, industrial filsafat dan sebagainya, peradaban ialah kebudayaan yang sudah tidak tumbuh lagi sudah mati.

Ø Prof. Dr. Koentjaraningrat, peradaban ialah bagian-bagian kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian.

Konsep peradaban tidak lain dalah perkembangaan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang tercermin dalam tingkat intelektual,keindahan,teknologi,spiritual yang terlihat pada masyarakatnya.

Pendapat Koentjaraningrat ( 1990:182 ) dalam Nursyid ( 1996: 67 ) sebagai berikut :

Di samping istilah “ kebudayaan” adapula istilah “peradaban”. Hal yang terakhir adalah sama dengan istilah Inggris civilization, yang biasanya di pakai untuk menyebutkan bagian-bagian dan unsure-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah, seperti misalnya: kesenian,ilmu pengetahuaan,adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Istilah “ peradaban” sering juga di pakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai system teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan system kenegaraan, dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.

B. HAKIKAT HIDUP MANUSIA

Manusia dalam kehidupannya memiliki tiga fungsi, sebagai mahluk tuhan,individu dan social-budaya. Kebudayan itu dapat di terima dengan tiga bentuk :

Ø Melalui pengalaman hidup saat menghadapi lingkungan

Ø Melalui pengalaman hidup sebagai mahluk social

Ø Melalui komunikasi simbolis ( benda, tubuh, gerak tubuh, peristiwa dan lain lagi yang tahu sejenis.

Tiap kebudayaan berbeda namun pada dasarnya memiliki hakikat yang sama yaitu :

Ø Terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia

Ø Sudah ada sejak lahirnya generasi dan tetap ada setelah pengganti mati

Ø Diperlukan manusia yang diwujudkan lewat tingkah laku

Ø Berisi aturan yang berisi kewajiban, tindakan yang di terima atau tidak,larangan dan pantangan.

V. Gordyn Chillde,ahli arkeolog,berdasarkan bukti arkeologis,peradaban maju pertama-tama muncul di daerah Mesopotamia sekitar 8000-4000 SM, di ikuti oleh daerah Mesir 5000-3000 SM. Lembah sungai Indus di Indian 2600-2400. Cina utara 2500-500 SM dan daerah Peru Amerika Latin 2500-500 SM. Penemuan yang paling penting adalh kemajuan dan kepandaian bercocok tanam di samping penemuan teknologi baru.

C. PERADABAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

1. Pengertian dan Cakupan Perubahan Sosial

Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan social. Perubahan social berbeda dengan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsur-unsur kebudayaan yang ada. Contoh perubahan social: perubahan peranan seorang istri dalam keluarga modern, perubahan kebudayaan contohnya: adalah penemuan baru seperti radio,televise,computer yang dapat mempengaruhi lembaga-lembaga social.

Perubahan soaial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan yang telah didukung oleh sebagai besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya. Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan perubahan social yang di alami masyarakat adalah hal yang wajar. Kebalikannya masyarakat yang tidak berani melakukan perubahan-perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan dan dinamika anggota-anggota yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya.

2. Teori dan Bentuk Perubahan Sosial

a. Teori sebab-Akibat ( Causation Problem )

1. Analisis Dialektis

Analisis perubahan social yang menelaah syarat-syarat dan keadaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam suatu system masyarakat. Perubahan yang terjadi pada suatu system masyarakat dan membawa pula perubahan pada bagian lain, sering menimbulkan akibat-akibat yang tidak diharapkan sebelumnya bahkan sampai menimbulkan konflik. Konflik ini dapat mendorong terjadinya perubahan social yang lebih lanjut, meluas dan mendalam. Hal ini di rumuskan oleh Hegell Marx sebagai diaektika artinya thesis antisynthesis.

2. Teori Tunggal Mengenai Perubahan Sosial

Teori tunggal menerangkan sebab-sebab perubahan social,atau pola kebudayaan dengan menunjukkan kepada satu factor penyebab. Teori tunggal maupun deterministik menurut Soerjono Soekanto ( 1983 ) tidak bertanah lama-lama, timbulnya pola analisis yang lebih cermat dan lebih di dasarkan fakta.

b. Teori Proses atau Arah perubahan social

kebanyakan teori-teori mengenai arah perubahan social mempunyai kecenderungan yang bersifat kumulatif atau evolusiner. Walaupun berbeda namun pada dasarnya sama, mempunyai asumsi bahwa sejarah manusia di tandai adanya gejala pertumbuhan.

1. Teori Evolusi Unilinier ( Garis Lurus Tunggal )

Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan tertentu, semula dari bentuk sederhana kemudian yang kompeleks sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor teori ini adalah August Comte dan Herbert Spenser. Teori garis lurus menggambarkan arah perubahan yang mungkin saja akurat, apabila di tetapkan pada jangka waktu yang relative lebih pendek dan bagi tipe gejala-gejala social tertentu, dari suatu system ekonomi tertentu.

2. Teori Multilinear

Teori ini pada artinya menggambarkan suatu metodologi di dasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan bahwa perubahan social atau kebudayaan di dapatkan genjala keteraturan yang nyata dan signifikan. Teori ini tidak mengenal hukum atau skema apriori, tetapi teori ini lebih memperhatikan tradisi dalam kebudayaan dan dari berbagai daerah menyeluruh meliputi bagian-bagian tertentu.

D.TEORI-TEORI MENGENAI PEMBANGUNAN, KETERBELAKANGAN, DAN KETERGANTUNGAN.

1. Teori Depedensi ( ketergantungan )

Teori perubahan social menurut Moore :

1. Evolusi rektilinier yang sangat sederhana

2. Evalusi melalui tahap-tahap

3. Evolusi yang terjadi dengan tahap kelajuan yang tidak serasi

4. Evolusi bercabang yag mewujudkan perubahaan

5. Evolusi menurut siklus-siklus tertentu dengan kemunduran jangka pendek

6. Siklus-siklus yang tidak mempunyai kecenderungan

7. Pertemuan logistis yang di gambarkan oleh populasi

8. Pertumbuhan logistis terbalik yang tergambar dan angka motivasi

9. Petumbuhan eksponarisial yang tergambar memulai tanda-tanda

10. Primitivisme

Bentuk-bentu dan perubahan social menurut Soerjono Soekanto :

1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.

a. Perubahan secara lambat di sebut evolusi, pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana atau suatu kehendak tertentu. Perubahan terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan,keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang timbul dengan pertumbuhan masyarakat.

b. Perubahan secara cepat di sebut revolusi. Dalam revolusi, perubahan yang terjadi di rencanakan lebih dahulu maupun tanpa rencana.

2. Perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil, dan perubahan yang pengaruhnya besar.

a. perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur sosial yang, tidak bisa membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat.

b. perubahan yang pengaruhnya besar seperti proses industrialisasi pada masyarakat agraris.

3. Perubahan yang dikehendaki dari perubahan yang tak di inginkan.

a. Peubahan yang di kehendaki adalah bila seorang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin.

b. Perubahan sosial yang tidak di kehendaki merupakan perubahan yang terjadi tanpa di kehendaki serta berlangsung dari jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat yang tidak di inginkan.

2. Penyebab Perubahan

Prof. Dr. Soerjono Soekanto memyebutkan adanya factor intern dan ekstern yang menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat, yaitu :

a. Faktor Intern

a. Bertambahnya dan berkurangnya penduduk

b. Adanya penemuan-penemuan baru yang meliputi berbagai proses

c. Konflik dalam masyarakat

d. Pemberontakan dalam tubuh masyarakat

b. faktor Ekstern

a. Faktor alam yang ada di sekitar masyarakat yang berubah

b.Pengaruh kebudayaan lain dengan melalui adanya kotak kebudayaan antara kedua masyarakat atau lebih yang memiliki kebudayaan yang berbeda.

3. Keseimbangan

Keseimbangan soaial adalah syarat yang harus di penuhi agar masyarakat berfungsi sebagaimana mestinya. Keseinbangan sosial merupakan situasi di mana segenap lembaga soaial berfungsi dan saling menunjang.

E. MODERNISASI

1. Konsep Modernisasi

Modernisasi di mulai di Italia abad ke-15 dan tersebar ke sebagaian besar ke dunia barat dalam lima abad berikutnya. Manifesto proses modernisasi pertama kali terlihat di Inggris dengan meletusnya revolusi industry pada abad ke-18, yang mengubah cara produksi tradisional ke modern.

Modernisasi menurut Cyril Edwin Black yaitu rangkaian perubahan cara hidu manusia yang kompleks dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman yang universal dan yang dalam banyak kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan manusia.

Menurut Koentjaraningrat, modernisasi merupakan usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi dunia sekarang ini. Hal itu berarti bahwa untuk mencapai tingkat modern harus berpedoman kepada dunia sekitar yang mengalami kemajuan. Modernisasi yang telah di landasi oleh kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya bersifat fisik material saja, melainkan lebih jauh daripada itu, yaitu dengan dilandasi oleh sikap mental yang mendalam.

Manusia yang telah mengalami modernisasi, terungkap pada sikap mentalnya yang maju, berfikir rasional, berjiwa wiraswasta, berorientasi ke masa depan, dan seterusnya.

Menurut Schorrl ( 1980 ), modernisasi adalah proses peneapan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda-beda tetapi tujuan utamanya untuk mencari taraf hidup yang lebih baik dan nyaman dalam arti seluas-luasnya, sepanjang masih dapat diterima oleh masyarakat yang bersangkutan.

Smith ( 1973 ), modernisasi adalah proses yang di landasi dengan seperangkat rencana dan kebijaksanaan yang disadari untuk mengubah masyarakat kea rah kehidupa masyarakat yang kontemporer yang menurut penilaian lebih maju dalam derajat kehormatan tertentu.

2. Syarat-syarat Modernisasi

Moderniasi dapat terwujud melalui beberapa syarat, yaitu :

Ø Cara berfikir ilmiah yang institutionalized dalam kelas penguasa maupun masyarakat. Hal ini menghendaki system pendidikan dana pengajaran yang terencana dengan baik.

Ø System administrasi Negara yang baik benar-benar mewujudkan birokrasi.

Ø Adanya system pengumpulan data yang baik dan teratus yang terpusat pada suatu atau lembaga tertentu.

Ø Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat komunikasi massa. Hal ini harus di lakukan tahap demi tahap, karena banyak sangkut pautnya dengan system kepercayaan.

Ø Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak disiplin tinggi bagi pihak lain di pihak pengurangan kepercayaan.

Ø Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan.

Indonesia menghadapi kewajiban ganda, yaitu disatu pihak melestarikan warisan budaya bangsa dan pihak lain membangun kebudayaan nasionalyang modern.

Tujuan akhir dari kedua usaha atau kewajiban ini adalah masyarakat modern yang tipikal Indonesia, masyarakat yang tidak hanya mampu membangun dirinya sederajat dengan bangsa lain, tetapi juga tangguh menghadapi tantangan kemorosatan mutu lingkungan hidup akibat arus ilmu dan teknologi modern maupun menghadapi tren global yang membawa daya tarik kuat kearah pola hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai luhut bangsa. ( Indra Siswarini, makalah, 2006: 16)

http://www.bumchuy.blogspot.com